Beranda | Artikel
Jalan Menuju Kemuliaan
Rabu, 9 April 2014

masjid-negara-hdr-photography

Segala puji bagi Allah, salawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada hamba dan rasul-Nya, para sahabatnya, dan para pengikut setia mereka. Amma ba’du.

Dalam sebuah atsar/riwayat dari ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu, beliau pernah mengatakan, “Kami adalah suatu kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam, kapan saja kami mencari kemuliaan itu dari selainnya, maka kami pasti dihinakan.” Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak, dan beliau mensahihkannya.

Inilah fikih yang sangat dalam dari seorang khalifah yang lurus dan seorang hamba yang tegas di atas al-haq, ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu. Sebuah kalimat yang mencerminkan keyakinan yang amat dalam tertancap di dalam hatinya; bahwa tiada jalan kemuliaan kecuali dengan Islam. Adapun jalan-jalan yang lain, maka itu semua akan berujung pada kehinaan dan kerendahan!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah akan memuliakan dengan sebab Kitab ini -al-Qur’an- kaum-kaum, dan akan merendahkan dengan sebab itu kaum-kaum yang lainnya.” (HR. Muslim dari ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu)

Kemuliaan hanya akan diraih dengan berpegang teguh dengan Kitabullah, dan kehinaan adalah akibat dari berpaling darinya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku maka dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha : 123). Turjumanul Qur’an, ahli tafsir dari kalangan Sahabat Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu’anhuma mengatakan, “Allah memberikan jaminan kepada siapa saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajarannya, bahwa dia tidak akan sesat di dunia, dan tidak akan celaka di akhirat.”

Imam Malik rahimahullah pun memberikan petuah dengan substansi yang sama, “Tidak akan menjadi baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa-apa yang membuat baik generasi awalnya.” Sementara generasi awal umat ini menjadi mulia dan jaya dengan berpegang teguh dengan al-Kitab dan as-Sunnah!! Bukan dengan mengeluk-elukkan ajaran Aristoteles atau filsafat Yunani….

Allah ta’ala berfirman dalam kitab-Nya (yang artinya), “Kemudian apabila kalian berselisih tentang suatu perkara apa saja, maka kembalikanlah kepada Allah -al-Qur’an- dan rasul -as-Sunnah-, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Itulah yang terbaik dan paling bagus hasilnya.” (QS. An-Nisaa’ : 59)

Allah ta’ala pun berfirman (yang artinya), “Hendaklah merasa takut orang-orang yang menyimpang dari urusan rasul/ajarannya itu, karena mereka akan tertimpa fitnah, atau tertimpa azab yang sangat pedih.” (QS. An-Nuur : 63)

Allah ta’ala juga menegaskan (yang artinya), “Tidak pantas bagi seorang lelaki beriman demikian pula perempuan beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara, kemudian ada bagi mereka pilihan yang lain dalam urusan mereka. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (QS. Al-Ahzab : 36)

Oleh sebab itu para ulama kita senantiasa mendengungkan slogan, “Setiap kebaikan adalah karena mengikuti kaum salaf/terdahulu -maksudnya salafus shalih-, dan segala keburukan timbul akibat mengikuti kaum khalaf/belakangan.”

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berpesan, “Ikutilah tuntunan, jangan kalian membuat ajaran-ajaran baru, karena kalian telah dicukupkan -dengan tuntunan-.”

Hal ini semakin meyakinkan kita, bahwa umat Islam tidak memiliki pilihan lain, kecuali harus kembali kepada al-Kitab dan as-Sunnah dengan jalan pemahaman dan pengamalan sebagaimana diajarkan oleh salaful ummah; yaitu para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Inilah jalan kemuliaan dan kejayaan, bukan jalan-jalan yang lain!

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama yaitu kaum Muhajirin dan Anshar, dan juga orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya, dan Allah telah mempersiapkan untuk mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. At-Taubah : 100)

Inilah kemuliaan yang anda cari wahai saudaraku, kaum muslimin! Inilah kemuliaan yang kita dambakan, inilah kejayaan yang diburu oleh setiap insan beriman… Bukan kejayaan yang semu, bukan kemuliaan palsu, dan bukan kemenangan fatamorgana…

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Jika kalian menolong -agama- Allah niscaya Allah akan menolong kalian…” Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan benar-benar Allah akan menolong orang-orang yang membela-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah pertolongan/kemenangan itu melainkan datang dari sisi Allah…”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan bisa merasakan manisnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul.” (HR. Muslim dari al-‘Abbas bin Abdul Muthallib radhiyallahu’anhu)

Islam yang telah kita peluk selama ini sudahkah memberikan rasa lezat dan manis di dalam jiwa kita? Islam yang telah kita genggam bertahun-tahun lamanya, sudahkah memberikan rasa puas dan setia di dalam hati kita kepada ajaran-ajarannya? Ataukah hati kita yang salah dan penuh kotoran dosa; sehingga Islam yang mulia menjadi tercampakkan dan tersingkir dari relung-relung kehidupan kita…

Kita Islam di masjid, kita Islam di bulan Ramadhan, dan kita Islam di pemakaman, namun seolah Islam itu lenyap entah kemana di sidang pengadilan, di ranah hukum dan perundang-undangan, di dalam tatanan moral dan etika rumah tangga serta kehidupan sosial? Islam… telah kita sempitkan, padahal Islam sempurna mengatur segala sisi kehidupan; memberikan solusi atas segala problema dan persoalan bangsa bahkan umat manusia!! Dimanakah manisnya iman itu, wahai saudaraku?

Allah jalla wa ‘ala berfirman (yang artinya), “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, telah Aku cukupkan nikmat-Ku atas kalian, dan Aku telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian.” (QS. Al-Ma’idah : 3)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah hukum jahiliyah yang mereka inginkan? Dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah; bagi kaum yang yakin.”

Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah.”

Inilah jalan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pengikutnya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku, mengajak kepada [agama] Allah di atas bashirah/hujjah yang nyata, dan maha suci Allah, aku bukanlah termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS. Yusuf : 108)

Berdakwah kepada tauhid dan menumpas syirik, berdakwah kepada kemurnian Islam dan menyingkirkan segala debu khurafat dan pemahaman sesat. Inilah dakwahnya al-anbiyaa’ wal mursaliin -para nabi dan rasul- ‘alaihimush sholaatu was salaam… Oleh sebab itu, Syaikh al-Muhaddits al-Imam al-Albani rahimahullah berpesan kepada segenap pejuang Islam, “Tauhid awwalan yaa du’aatal Islaam…!”; Prioritaskan masalah tauhid, wahai para da’i Islam… sebelum masalah-masalah yang lainnya…

Sebagaimana pesan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu, “Hendaklah yang pertama kalian kamu serukan kepada mereka yaitu agar mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari dalam Kitab at-Tauhid)

Tauhid, yaa akhi… Tauhiid… Tauhiiid! Mengapa kita justru menyibukkan diri dan lebih mendahulukan perkara-perkara selainnya? Jawablah, wahai kaum….

Apakah anda mengira para Sahabat tidak memiliki catatan masa lalu yang hitam? Apakah anda mengira generasi terbaik umat ini dibesarkan dalam lingkungan yang bersih dari praktek dan ritual kemusyrikan? Tidakkah kita ingat hadits Abu Waqid al-Laitsi radhiyallahu’anhu yang mengisahkan permintaan sebagian Sahabat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dibuatkan tempat menggantungkan senjata -dalam rangka mencari berkah- sebagaimana yang dimiliki oleh musuh mereka, yaitu kaum musyrikin?! Ini adalah sisa-sia gaya hidup jahiliyah yang tercecer di dalam diri mereka ketika itu, dan kemudian dihapuskan dengan nasihat dan bimbingan Islam dan Tauhid yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, sejarah telah mencatat, bahwa kejayaan dan kemuliaan umat ini hanya akan diperoleh dengan jalan yang benar, yaitu jalan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Inilah kegemilangan Islam yang lahir melalui tangan Abu Bakar ash-Shiddiq, ‘Umar bin Khaththab, hingga ‘Umar bin Abdul ‘Aziz radhiyallahu ta’ala ‘anhum ajma’iin

Bangsa arab yang dulu dihinakan dan direndahkan… Bangsa arab yang dulu selalu tenggelam dalam perang antar suku dan pertumpahan darah tanpa hak… Bangsa arab yang dulunya lekat dengan tradisi membunuh anak perempuan… Bangsa arab yang kental dengan nuansa kemusyrikan… Bangsa arab yang dipandang sebelah mata oleh negara-negara adidaya…. Pun akhirnya berubah seratus delapan puluh derajat menjadi pasukan-pasukan Islam yang pemberani dan gagah perkasa, prajurit-prajurit yang siap mati demi membela Allah dan Rasul-Nya, para pejuang tauhid dan penegak panji-panji Islam!! Sehingga Allah karuniakan kepada mereka kejayaan, kemuliaan, dan keberkahan hidup… Dan membuat musuh-musuh Islam merinding ketakutan…

Oleh sebab itu sungguh benar perkataan Amirul Mukminin ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu di atas, “Kami adalah suatu kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka kapan saja kami mencarinya dari selain Islam, maka kami pasti dihinakan.” Benarlah ucapan beliau radhiyallahu ‘anhu wa ardhaahu

Saudaraku, marilah kita bercermin, memperbaiki diri, dan menatap hari esok dengan penuh harapan. Karena kejayaan hanya di tangan Islam… Wallahul musta’aan.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/jalan-menuju-kemuliaan/